Kabar terbaru dari Negeri Tirai Bambu atau China mengenai perkembangan teknologi di sektor otomotif. BYD, perusahaan otomotif China, baru saja mengumumkan rencana untuk mengembangkan teknologi kendaraan otonom dengan DeepSeek. Sebaliknya, saham perusahaan otomotif AS, Tesla, mengalami penurunan hingga 6% pada pekan ini.
Harga saham Tesla turun selama lima hari berturut-turut, merosot hampir 17% menjadi US$ 328,50 (Rp 6,2 jutaan) dan menghapus lebih dari US$ 200 miliar (Rp 3,2 triliun) dari kapitalisasi pasarnya. Berita tentang DeepSeek yang akan menawarkan sistem seperti Autopilot di mobil baru BYD menimbulkan kekhawatiran bahwa Tesla akan tertinggal di belakang pesaingnya.
Investor juga resah setelah laporan yang menyebut Elon Musk memimpin kelompok investor yang berminat untuk mengakuisisi OpenAI. BYD, yang telah menjadi saingan berat Tesla di pasar mobil listrik global, mengumumkan bahwa 21 kendaraan modelnya akan dilengkapi dengan sistem mengemudi otomatis, termasuk fitur parkir otomatis dan navigasi jalan raya.
Meskipun Tesla belum menawarkan robotaxi, mobil listriknya saat ini memerlukan pengemudi manusia di belakang kemudi. Elon Musk menyatakan bahwa perusahaan berharap meluncurkan “Sistem Pengemudi Mandiri Penuh Tanpa Pengawasan” dan layanan berbagi tumpangan tanpa pengemudi di Austin, Texas, pada Juni 2025.
Di sisi lain, Waymo milik Alphabet telah mengoperasikan layanan robotaxi di Austin dan beberapa daerah di Phoenix dan San Francisco. Analis dari Morgan Stanley menilai persaingan antara Waymo, Tesla, dan perusahaan China sebagai pendorong utama dalam komersialisasi robotaxi. Sebagai informasi tambahan, BYD telah resmi memasuki pasar tambang lithium di Brazil.