Penemuan spesies nenek moyang manusia di China telah merubah pemahaman sejarah panjang peradaban manusia. Spesies yang ditemukan di Xujiayao, China Utara disebut Homo Juluensis atau “kepala besar” oleh para peneliti.
Dalam penelitian yang dipublikasikan pada Mei 2024, Christopher Bae dari Universitas Hawai’i dan Xiuju Wu dari Institut Paleontologi Vertebrata menemukan fosil hominin yang tidak biasa, dengan tengkorak besar dan lebar. Fosil ini memiliki fitur yang mirip dengan Neanderthal, manusia modern, dan Denisovan.
Juluensis diyakini hidup sekitar 220 ribu hingga 100 ribu tahun yang lalu, menyebar luas di sebagian besar Asia timur. Temuan ini pernah diungkap sebelumnya pada tahun 1974 di Xujiayao, di mana ditemukan artefak baru dan fragmen fosil hominin yang mirip dengan temuan terbaru.
Kemiripan fitur antara fosil Juluensis dan fosil sebelumnya mungkin disebabkan karena spesies ini telah berinteraksi genetik dengan hominin lain dari masa Plesitosen tengah, termasuk Neanderthal. Juluensis mewakili populasi hominin baru di wilayah tersebut, yang dijelaskan sebagai “manusia kepala besar” oleh para peneliti.
Para peneliti juga merekomendasikan adanya terminologi baru untuk sebutan spesies Homo Purba, dengan membaginya menjadi empat spesies yang berbeda. Temuan ini tidak hanya mengubah pemahaman sejarah manusia, tetapi juga menunjukkan kompleksitas keterkaitan antara spesies manusia purba dari zaman itu.