Penggunaan teknologi digitalisasi yang semakin meluas dalam berbagai sektor bisnis membawa ancaman baru dari serangan siber berbasis kecerdasan buatan (AI), seperti Deepfake dan Account Takeover. Niki Luhur, Pendiri & CEO Grup VIDA, mengungkapkan bahwa ancaman penipuan berbasis AI semakin mengkhawatirkan, termasuk di Indonesia, karena dapat mengakibatkan kerugian finansial dan pengambilalihan akun.
Penipu dapat menggunakan teknologi AI untuk menyusupkan malware, mengambil alih akun, dan bahkan mencuri data rekening korban, menyebabkan kerugian finansial yang besar. Untuk mengatasi modus serangan siber yang semakin canggih, VIDA sebagai Penyelenggara Sertifikat Elektronik (PSrE) yang berlisensi dan tersertifikasi resmi, telah mengembangkan Sertifikat Elektronik dan tanda tangan digital bersertifikat di Indonesia. Mereka menggunakan teknologi biometrik, seperti pengenalan wajah (Face Recognition), dan kriptografi sebagai langkah otentikasi untuk melindungi akun dan data pengguna.
Hal ini merupakan langkah proaktif dalam mengantisipasi ancaman kejahatan berbasis AI, seperti Deepfake dan account takeover. Untuk informasi lebih lanjut mengenai modus kejahatan berbasis AI dan strategi mengantisipasinya, dapat disimak dialog antara Anneke Wijaya dengan pendiri & CEO Grup VIDA, Niki Luhur dalam acara Profit di CNBC Indonesia.