Telegram Terus Menjadi Sorotan, CEO Ungkap Pengguna Telah Tembus 1 Miliar
Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, mengungkapkan bahwa aplikasi pesan populer tersebut kini semakin diminati oleh pengguna. Durov mengklaim bahwa pada tahun 2025, jumlah pengguna aktif Telegram telah mencapai 1 miliar. Meskipun bersaing ketat dengan WhatsApp, Durov menekankan bahwa salah satu kelebihan Telegram adalah komitmen mereka terhadap privasi pengguna, yang tidak akan dikorbankan meskipun diminta oleh pihak berwajib.
Pernyataan ini muncul ketika Durov membahas rencana regulasi di Prancis yang akan membuka akses pesan pengguna aplikasi. Aturan tersebut, jika diterapkan, dapat mengancam keamanan Telegram dan aplikasi lainnya dengan membatasi enkripsi dan penyandian pesan. Meskipun pihak Parlemen Prancis menolak rancangan aturan kontroversial tersebut, Durov tetap memberikan apresiasi atas tindakan tegas yang diambil oleh pihak berwenang.
Durov menegaskan bahwa membuka akses backdoor pada aplikasi akan membawa konsekuensi berbahaya, di mana selain polisi juga pihak-pihak lain seperti agen asing dan peretas bisa mengeksploitasi celah keamanan tersebut. Hal ini dapat membahayakan privasi pengguna yang tidak bersalah. Durov juga menyoroti bahwa melemahkan enkripsi dalam aplikasi tidak akan secara efektif mencegah kejahatan, karena para pelaku kejahatan akan mencari platform lain yang lebih aman untuk berkomunikasi.
Menariknya, Telegram telah berhasil melaporkan jumlah pengguna aktif yang mencapai 1 miliar pada bulan Maret 2025. Sementara profit perusahaan mencapai US$547 juta tahun lalu. Ini menunjukkan bahwa Telegram semakin dekat untuk menantang dominasi WhatsApp, meskipun WhatsApp saat ini memiliki lebih dari 2 miliar pengguna aktif dan diprediksi akan mencapai 3 miliar pada akhir tahun ini. Pavel Durov menyebut bahwa WhatsApp, sebagai pesaing utama, telah gagal untuk memperlambat pertumbuhan Telegram dengan strategi meniru inovasi Telegram.
Diberitakan oleh DemandSage, terdapat 10 juta pelanggan yang berlangganan layanan berbayar Telegram Premium. Negara India menjadi kontributor terbesar dengan 45% total pengguna Telegram, sedangkan Amerika Serikat hanya menyumbang 9% dari total pengguna. Durov menegaskan bahwa Telegram tidak pernah mengungkapkan pesan pribadi pengguna kepada pihak negara manapun, dan berkomitmen untuk melindungi privasi pengguna dengan tidak merusak teknologi enkripsi. Telegram hanya akan mengungkapkan informasi tertentu jika diwajibkan oleh hukum Uni Eropa.