Berita  

Ulasan Penelitian: ChatGPT vs Dokter, Hasil Tak Terduga

Ulasan Penelitian: ChatGPT vs Dokter, Hasil Tak Terduga

Pengguna ChatGTP semakin cenderung menggunakan robot AI untuk mendiagnosis masalah kesehatan sendiri. Namun, risiko yang muncul dalam penggunaan ChatGPT sebagai pengganti kunjungan ke dokter telah terungkap dalam penelitian terbaru. Survei Fierce Healthcare menunjukkan bahwa satu dari enam warga Amerika Serikat dewasa menggunakan chatbot seperti ChatGPT setiap bulan untuk mencari nasihat kesehatan, yang pada akhirnya dapat menciptakan bahaya bagi pengguna. Riset yang dilakukan oleh Oxford juga menunjukkan bahwa mayoritas pengguna chatbot, termasuk ChatGPT, tidak mengetahui informasi yang diperlukan untuk mendapatkan rekomendasi kesehatan yang akurat.

Dalam sebuah survei di Inggris, peserta diberi skenario medis yang disiapkan oleh dokter untuk mengidentifikasi potensi masalah kesehatan dan tindakan yang perlu diambil. Penggunaan chatbot seperti ChatGPT, Command R+, dan Llama 3 justru membuat peserta kesulitan mengidentifikasi kondisi kesehatan dan cenderung meremehkan kondisi yang mereka identifikasi. Chatbot belum bisa mengatasi kompleksitas interaksi manusia sehingga respon yang diberikan seringkali mengandung rekomendasi baik dan buruk.

Sementara itu, beberapa perusahaan teknologi seperti Apple, Amazon, dan Microsoft tengah mengembangkan teknologi AI untuk solusi kesehatan. Namun, kepercayaan terhadap kemampuan AI untuk aplikasi berisiko tinggi masih dipertanyakan oleh tenaga kesehatan dan pasien. Asosiasi Tenaga Kesehatan AS bahkan tidak merekomendasikan dokter menggunakan chatbot untuk pengambilan keputusan kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk mengandalkan informasi yang dapat dipercaya dalam mengambil keputusan kesehatan, serta melakukan uji coba secara nyata sebelum menggunakan chatbot untuk rekomendasi kesehatan.

Source link