Amerika Serikat (AS) kembali waspada terhadap teknologi militer China, kali ini karena operasi perusahaan kecerdasan buatan (AI) DeepSeek asal Hangzhou. AS menuduh DeepSeek terlibat aktif dalam mendukung militer dan intelijen China dengan cara-cara yang mencurigakan. Startup teknologi ini bahkan mencoba untuk mendapatkan chip semikonduktor terlarang dari AS melalui perusahaan cangkang di Asia Tenggara. DeepSeek juga disebut menyediakan teknologi dan data kepada Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) serta aparat pengawasan Beijing.
Awalnya, DeepSeek menghebohkan dunia teknologi dengan mengklaim model AI-nya setara atau bahkan lebih baik daripada model AI terkemuka dari AS, namun dengan biaya yang lebih murah. Pejabat senior AS menyebut bahwa DeepSeek telah secara sukarela memberikan dukungan kepada operasi militer dan intelijen China dengan cara yang meragukan. Informasi tentang hubungan antara DeepSeek dan pemerintah China baru muncul di tengah perang dagang antara AS dan China.
Lebih dari 150 dokumen pengadaan militer China menyebut nama DeepSeek, menunjukkan peran strategis perusahaan ini dalam pengembangan kekuatan militer China. DeepSeek dituduh menggunakan celah hukum untuk mengakses chip canggih buatan AS, seperti Nvidia H100, yang telah dibatasi karena kekhawatiran atas keamanan nasional. Selain itu, DeepSeek juga dicurigai mengirim data pengguna global ke server China melalui infrastruktur yang terhubung dengan China Mobile.
Meskipun DeepSeek masih menawarkan layanan AI melalui platform cloud besar seperti Amazon Web Services, Microsoft Azure, dan Google Cloud, keberadaan hukum China tentang kewajiban perusahaan untuk menyerahkan data pengguna mengundang kekhawatiran. Meskipun belum ada tanggapan resmi dari pihak DeepSeek terkait tuduhan ini, laporan tersebut menegaskan bahwa persaingan teknologi antara AS dan China tidak hanya soal ekonomi, melainkan juga soal kekuatan militer.
