Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dari China semakin pesat, menimbulkan kekhawatiran di Amerika Serikat (AS). OpenAI, raksasa AI AS, pun memperingatkan bahwa China dapat mendominasi teknologi canggih ini. Analis OpenAI mencatat kemajuan signifikan startup Zhipu AI dari China yang berhasil mengamankan kontrak pemerintah di berbagai negara, sebagai tanda ambisi China untuk memimpin AI secara global.
Zhipu AI, didukung oleh Partai Komunis China, bertujuan untuk mengunci sistem dan standar China di pasar negara berkembang sebelum pesaing dari AS atau Eropa melakukannya. Hal ini sejalan dengan upaya China dalam mengembangkan sistem AI yang transparan dan siap audit. Dengan menyediakan solusi AI kepada pemerintah dan perusahaan milik negara di berbagai negara, Zhipu AI telah menjadi bagian dari strategi China untuk bersaing di skala global.
Startup ini telah dimasukkan dalam daftar entitas yang terkena pembatasan ekspor teknologi AS, sehingga Zhipu AI tidak dapat membeli komponen teknologi dari AS. Namun, dengan dukungan dana investasi lebih dari US$1,4 miliar, Zhipu AI berhasil memposisikan diri sebagai salah satu perusahaan AI terkemuka di China bersama dengan perusahaan lain seperti DeepSeek, Moonshot AI, dan lainnya.
OpenAI sendiri telah menjalin kemitraan di Timur Tengah dan Asia melalui inisiatif ‘OpenAI for Countries’, yang bertujuan untuk membantu pemerintah mengembangkan kemampuan AI berdaulat dan bekerja sama dengan pemerintah AS. Laporan OpenAI ini muncul di tengah hubungan geopolitik yang tegang antara AS dan China, yang terus terlibat dalam perang dagang dan blokir teknologi. Dengan demikian, pesatnya perkembangan AI China menjadi sorotan dunia dalam persaingan teknologi global.