Setelah merilis ChatGPT, OpenAI kembali membuat gebrakan dengan mengenalkan aplikasi terbarunya yang sedang hangat diperbincangkan di dunia. Bernama ‘Sora 2’, aplikasi pembuat konten visual berbasis kecerdasan buatan ini telah diunduh lebih dari 1 juta kali dalam waktu kurang dari 5 hari pasca peluncurannya pada 1 Oktober 2025. Meski begitu, kehadiran Sora 2 juga memunculkan kontroversi terkait masalah hak cipta.
Pemerintah Jepang merupakan salah satu pihak yang menyoroti masalah ini. Dilansir dari laporan IT Media, pemerintah Jepang sudah mengajukan permintaan resmi kepada OpenAI untuk menghindari potensi pelanggaran hak cipta, terutama terkait dengan karakter-karakter anime dan video game buatan Jepang. Sora 2 mampu menciptakan video berdurasi 20 detik dengan kualitas 1080p dan audio, namun proses penciptaan video ini dinilai berisiko melanggar hak cipta karya-karya yang sudah beredar di internet.
Setelah video-video hasil karya Sora 2 mulai bermunculan di media sosial, terutama dengan penggambaran karakter berhak cipta dari anime dan game populer seperti One Piece, Demon Slayer, Pokemon, dan Mario, pemerintah Jepang mulai mengambil langkah serius. Dalam konferensi pers Kabinet pemerintah, Menteri Negara Jepang mengajukan permintaan kepada OpenAI untuk mematuhi peraturan hak kekayaan intelektual Jepang.
Sementara itu, Undang-Undang Promosi AI Jepang yang diberlakukan sejak 1 September 2025 juga turut menjadi sorotan. Undang-undang ini bertujuan menjadikan Jepang sebagai negara yang ramah terhadap perkembangan teknologi AI, namun juga mengatur prinsip-prinsip terkait pelanggaran hak cipta. OpenAI dikabarkan telah melakukan kontak dengan agensi talenta dan studio kreatif sebelum rilis Sora 2, namun tidak jelas apakah agensi dan studio Jepang termasuk di dalamnya.
Kritik atas adanya visual berhak cipta dalam konten Sora 2 pun mulai berdatangan di media sosial Jepang. CEO OpenAI, Sam Altman, memberikan tanggapan dengan mencatat bahwa akan dilakukan perubahan terkait hak cipta dalam aplikasi ini di masa depan. Beliau menegaskan bahwa pihak pemegang hak cipta akan diberikan kendali lebih dalam proses pembuatan karakter, dan kemampuan untuk menentukan penggunaan karakter mereka. Dengan demikian, keberadaan Sora 2 dan permasalahan hak cipta yang timbul belum menemui titik terang, namun OpenAI berkomitmen untuk terus memperbaiki masalah ini di masa mendatang.












