Perubahan iklim telah menunjukkan tanda-tanda petaka besar yang dapat mengancam Bumi. Para ilmuwan telah mengingatkan pentingnya kebijakan untuk mengurangi emisi demi mengatasi ancaman bencana di planet kita. Salah satu dampak perubahan iklim yang jelas terlihat adalah kerusakan pada hutan yang dapat berdampak buruk pada manusia di masa depan.
Hutan dianggap sebagai paru-paru Bumi karena pohon yang tumbuh di dalamnya dapat menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen untuk atmosfer. Namun, proses fotosintesis pohon dalam hutan tropis dapat terganggu akibat temperatur ekstrem yang disebabkan oleh pemanasan global. Penelitian oleh Gregory Goldsmith dan timnya menunjukkan bahwa beberapa bagian hutan tropis sudah mulai mendekati batas suhu kritis yang mengganggu proses fotosintesis.
Data dari sensor ECOSTRESS NASA digunakan untuk mengukur suhu permukaan Bumi dan mengidentifikasi daun-daun di hutan tropis yang terlalu panas hingga tidak dapat melakukan fotosintesis. Hasil analisis menunjukkan bahwa suhu kanopi hutan mencapai puncaknya pada musim kering dan sebagian kecil daun bahkan melebihi batas suhu kritis. Pohon kemudian menutup pori-pori daunnya, yang disebut stomata, untuk menghemat air, namun hal ini dapat merusak daun karena tidak adanya proses transpirasi.
Studi simulasi menunjukkan bahwa jika pemanasan global terus meningkat, sebagian besar hutan tropis akan mengalami gangguan serius dalam proses fotosintesis. Oleh karena itu, penting untuk mengurangi emisi dan mencegah deforestasi guna melindungi hutan tropis dari kerusakan lebih lanjut. Memperhatikan isu perubahan iklim sama pentingnya dengan upaya menjaga perdamaian untuk melindungi Bumi yang merupakan satu-satunya rumah yang kita miliki.
